Senin, 14 Desember 2009

To earth: with love from us

Perubahan Iklim Perlu Ditindaklanjuti dengan Lebih Cepat Lagi

Penelitian kolaboratif antara Organisasi Penelitian Industri dan Ilmiah Negara Persemakmuran Australia (CSIRO) dan Universitas Victoria telah mengungkapkan bahwa kebijakan yang sekarang tidaklah cukup untuk menghindari resiko dari perubahan iklim. Menurut Dr. Roger Jones, seorang analis resiko iklim dari CSIRO, temperatur planet dapat memanas sebanyak 7 derajat pada tahun 2015 jika kita tidak melakukan tindakan global yang lebih besarAtmosfer Bumi Dapat Menyimpan Karbon dioksida

Seperti banyaknya karbon yang memenuhi atmosfer di Venus dan Mars, sekali dilepaskan maka karbon dioksida tetap tinggal selama berabad-abad dan dapat menciptakan masalah jangka panjang. Dr. McBean mengatakan "Hanya memerlukan dua, tiga, atau empat tahun bagi gas rumah kaca, karbon dioksida untuk bersirkulasi di seluruh dunia. CO2 bergerak dan bercampur di seluruh dunia, sehingga CO2 dari Kanada, India, Nigeria, China, dan Eropa, dalam beberapa tahun ini semuanya akan bercampur bersama-sama. Jadi Anda tidak dapat menyelesaikannya hanya dengan satu negara atau satu kelompok negara saja.

Kita perlu upaya global untuk menyampaikan isu ini. Ini adalah masalah global yang tak terpisahkan. Lautan terus memanas dan mereka terus menyerapnya. Jika kita menghentikan semua emisi gas rumah kaca esok hari, misalkan oleh beberapa proses keajaiban, dan kita tetap menjaga jumlah CO2 tetap untuk 100 tahun berikutnya, maka 380 parts per million (ppm) yang merupakan tingkat yang ada di masa sekarang, maka sistem iklim akan tetap memanas dengan laju 0,1 derajat Celcius per dekade, bertambah satu derajat lagi pada akhir abad ini. Sepertinya, suhu akan semakin panas mungkin 2 derajat Celcius di akhir abad jika kita bertindak sesuatu. Tapi jika kita tidak melakukan apapun, suhu akan memanas dengan laju 8 derajat Celcius pada akhir abad. Hal ini sungguh menakutkan, hal itu benar-benar menuju puncak dari skala. Tetapi saya tidak merasa bahwa ini terlalu terlambat. Saya rasa kita harus mengambil dasar yang kuat untuk mengambil tindakan dan bergerak bersama."

Penyelidikan Mengungkapkan Harapan untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Penyelidikan bersama yang dilakukan oleh Globe Scan dan BBC World Service menilai sikap 22.000 orang dari 21 negara terhadap perubahan iklim. 65 persen dari seluruh jumlah yang diselidiki mengatakan bahwa pemerintah, perusahaan, dan perorangan harus mengambil tindakan dengan cepat untuk membalik pemanasan global. 75% dari yang memberi tanggapan menegaskan kesediaan mereka untuk melakukan perubahan gaya hidup pribadi yang berarti membantu mencegah pemanasan global lebih jauh. Lebih dari 75% dari mereka yang diselidiki menyatakan keyakinan mereka bahwa manusia mempunyai dampak yang berarti terhadap iklim.

global warming

Pemanasan Global Penelitian terakhir dari tim ahli iklim yang terkenal di Inggris menandai kawasan yang memprihatinkan dengan tanda "Titik Kritis" perubahan iklim, atau ambang kritis dari kenaikan temperatur yang menyebabkan efek berantai terhadap iklim Bumi, lingkungan, dan penghuni bumi.

Profesor Tim Lenton dari Universitas Anglia Timur, kepala dari penelitian tersebut menyatakan bahwa: "Ancaman terbesar adalah mencairnya lautan es Kutub Utara dan lapisan es Greenland yang akan mencapai titik kritis. Selain itu, setidaknya lima elemen lain dapat mengejutkan kita saat menuju titik kritis dalam waktu dekat."

Apa yang dimaksud dengan "titik kritis" oleh Dr. Lenton adalah kenaikan temperatur dari 0,5°C hingga 2°C yang dapat mencairkan lapisan es Greenland dan lautan es di Kutub Utara. Hal ini tidak hanya akan menaikkan permukaan air laut, namun hilangnya es juga akan menyebabkan daerah ini tidak dapat memantulkan sinar panas matahari sehingga temperatur di atmosfer akan naik secara terus-menerus. Setelah itu, dengan semakin meluasnya pencairan, maka hal ini akan menyebabkan rentetan bencana alam seperti banjir, musim kemarau, dan gas beracun dalam jumlah besar akan keluar dari lautan serta hilangnya spesies tumbuh-tumbuhan maupun hewan dalam jumlah yang besar. Efek berantai berikutnya adalah planet kita dapat mengalami dampak dari pendeknya siklus Angin Muson di Samudra Hindia, serta musnahnya hutan lindung Amazon dan hutan Boreal di kawasan Utara Jauh. Saat temperatur bumi naik lebih dari 5°C, maka es yang mencair semakin banyak. Dengan demikian maka kenaikan permukaan air laut yang tidak terkendali serta pola cuaca yang tidak menentu akan mencapai titik yang dapat menimbulkan bencana besar, yang tidak hanya mengancam spesies lain tetapi juga kelangsungan hidup manusia.

Kenyataannya adalah waktu menuju titik kritis lebih cepat dari perhitungan Profesor Lenton, hal ini terjadi karena efek berantai dari pemanasan serta kelambanan kita dalam memangkas emisi karbon sehingga mempengaruhi iklim. Faktanya, laporan dari Dewan Penasehat Jerman untuk Pemanasan Global menyatakan bahwa Bumi sedang menghadapi ancaman keamanan yang serius. Ahli iklim Norwegia, Dr. Olav Orheim, baru saja menemukan penelitian terbesar yang serupa yang mengatakan bahwa permukaan es di kutub utara sedang menyusut lebih cepat dari perkiraan dibandingkan catatan luas permukaan terakhir di tahun 2007. Bahkan jika temperatur bumi tetap sama tahun ini, akan tetapi permukaan es di kutub utara lambat laun akan tetap mencair. Dalam ulasan isu terbaru di Majalah Ilmiah Amerika juga menjelaskan dampaknya dengan menggunakan peragaan untuk mempelajari efek ramalan dari mencairnya es, hal ini menunjukkan bahwa akibat yang harus ditanggung dari perubahan iklim sangat berat serta lebih cepat dari perhitungan.

Professor Barry Brook, Direktur Institut Penelitian untuk Perubahan Iklim dan Ketahanan di Universitas Adelaide di Australia, melaporkan pada suatu konferensi di Canberra bahwa perubahan yang berhubungan dengan pemanasan global berlangsung jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Dr. Brook berkata, “Kami melihat peristiwa-peristiwa yang diramalkan untuk akhir abad ke-21 telah terjadi.” Di Australia saja, perubahan-perubahan seperti musim kemarau jangka panjang karena pergeseran daerah tropis ke arah kutub telah mendorong sistem cuaca yang mengandung hujan yang sangat dibutuhkan sebaliknya jatuh di atas lautan, bukannya di atas daratan. Mencapai Titik Tanpa Harapan

Senin, 24 Agustus 2009

Ada apa dengan Malaysia....?

            Belum lama ini pasti kita mendengar berita tentang  Negara Malaysia yg mengklaim bahwa  tari Pendet ialah Berasal dari Negara Mereka. Hal  ini sungguh sangat miris, Mengingat bahwa Tari Pendet itu sebenarnya berasal dari bangsa Indonesia (Lebih tepatnya pulau bali).Kalau kita runut sebetulnya negara Malaysia bukan kali ini saja mengklaim kebudayaan Bangsa kita,Mulai dari Lagu "Rasa Sayange", Alat musik Angklung, Batik , Kesenian Wayang kulit, dan masih banyak lagi yg lainnya. Sudah jelas-jelas itu semua Kebudayaan asli Indonesia. Menurut saya Negara Malaysia itu Sebetulnya Tidak punya kebudayaan, jadi mereka mengakuisisi kebudayaan negara Kita.
          Kita sebagai generasi muda harus terus mempertahankan kebudayaan kita kalau tidak Semua kebudayaan indonesia, bisa-bisa dirampas oleh malaysia semuanya. Saya juga meminta kepada pemerintah Indonesia agar lebih tegas dalam Menghadapi persoalan ini.Kalu jalan diplomatis tidak bisa, Jalan kekerasan juga tidak apa-apa.Karena sudah Sepantasnya Negara malaysia diberi Pelajaran.......!

Minggu, 09 Agustus 2009

blog baru


Well,Ini adalah hari yang Sangat menyenangkan Bagiku. Betapa tidak,karena Hari ini adalah Hari pertamaku Membuat Blog baru. Ternyata Membuat Blog itu mudah & menyenangkan ya........!

Pojok Komentar !!! :D