Senin, 14 Desember 2009

global warming

Pemanasan Global Penelitian terakhir dari tim ahli iklim yang terkenal di Inggris menandai kawasan yang memprihatinkan dengan tanda "Titik Kritis" perubahan iklim, atau ambang kritis dari kenaikan temperatur yang menyebabkan efek berantai terhadap iklim Bumi, lingkungan, dan penghuni bumi.

Profesor Tim Lenton dari Universitas Anglia Timur, kepala dari penelitian tersebut menyatakan bahwa: "Ancaman terbesar adalah mencairnya lautan es Kutub Utara dan lapisan es Greenland yang akan mencapai titik kritis. Selain itu, setidaknya lima elemen lain dapat mengejutkan kita saat menuju titik kritis dalam waktu dekat."

Apa yang dimaksud dengan "titik kritis" oleh Dr. Lenton adalah kenaikan temperatur dari 0,5°C hingga 2°C yang dapat mencairkan lapisan es Greenland dan lautan es di Kutub Utara. Hal ini tidak hanya akan menaikkan permukaan air laut, namun hilangnya es juga akan menyebabkan daerah ini tidak dapat memantulkan sinar panas matahari sehingga temperatur di atmosfer akan naik secara terus-menerus. Setelah itu, dengan semakin meluasnya pencairan, maka hal ini akan menyebabkan rentetan bencana alam seperti banjir, musim kemarau, dan gas beracun dalam jumlah besar akan keluar dari lautan serta hilangnya spesies tumbuh-tumbuhan maupun hewan dalam jumlah yang besar. Efek berantai berikutnya adalah planet kita dapat mengalami dampak dari pendeknya siklus Angin Muson di Samudra Hindia, serta musnahnya hutan lindung Amazon dan hutan Boreal di kawasan Utara Jauh. Saat temperatur bumi naik lebih dari 5°C, maka es yang mencair semakin banyak. Dengan demikian maka kenaikan permukaan air laut yang tidak terkendali serta pola cuaca yang tidak menentu akan mencapai titik yang dapat menimbulkan bencana besar, yang tidak hanya mengancam spesies lain tetapi juga kelangsungan hidup manusia.

Kenyataannya adalah waktu menuju titik kritis lebih cepat dari perhitungan Profesor Lenton, hal ini terjadi karena efek berantai dari pemanasan serta kelambanan kita dalam memangkas emisi karbon sehingga mempengaruhi iklim. Faktanya, laporan dari Dewan Penasehat Jerman untuk Pemanasan Global menyatakan bahwa Bumi sedang menghadapi ancaman keamanan yang serius. Ahli iklim Norwegia, Dr. Olav Orheim, baru saja menemukan penelitian terbesar yang serupa yang mengatakan bahwa permukaan es di kutub utara sedang menyusut lebih cepat dari perkiraan dibandingkan catatan luas permukaan terakhir di tahun 2007. Bahkan jika temperatur bumi tetap sama tahun ini, akan tetapi permukaan es di kutub utara lambat laun akan tetap mencair. Dalam ulasan isu terbaru di Majalah Ilmiah Amerika juga menjelaskan dampaknya dengan menggunakan peragaan untuk mempelajari efek ramalan dari mencairnya es, hal ini menunjukkan bahwa akibat yang harus ditanggung dari perubahan iklim sangat berat serta lebih cepat dari perhitungan.

Professor Barry Brook, Direktur Institut Penelitian untuk Perubahan Iklim dan Ketahanan di Universitas Adelaide di Australia, melaporkan pada suatu konferensi di Canberra bahwa perubahan yang berhubungan dengan pemanasan global berlangsung jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Dr. Brook berkata, “Kami melihat peristiwa-peristiwa yang diramalkan untuk akhir abad ke-21 telah terjadi.” Di Australia saja, perubahan-perubahan seperti musim kemarau jangka panjang karena pergeseran daerah tropis ke arah kutub telah mendorong sistem cuaca yang mengandung hujan yang sangat dibutuhkan sebaliknya jatuh di atas lautan, bukannya di atas daratan. Mencapai Titik Tanpa Harapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pojok Komentar !!! :D