Senin, 28 November 2011

Nuklir Korea Utara

BAB I


PENDAHULUAN



Latar Belakang




Semenanjung Korea adalah daerah yang berbatasan langsung dengan Manchuria dan Russia saat ini. Sejak terpecahnya Korea menjadi dua bagian hingga kini, masalah di daerah Semenanjung Korea adalah masalah yang sangat menarik untuk dibahas. Kedua Negara, yaitu Republik Rakyat Demokratis Korea di wilayah bagian utara yang berhaluan komunis dengan ibukota Pyongyang dan Republik Korea di wilayah selatan yang berhaluan liberal terpisah tepat pada garis lintang utara 38 derajat . Kemudian lebih akrab dikenal sebagai Korea Utara dan Korea Selatan.


Pada awal kedua negara tersebut merdeka, tejadi beberapa masalah yang timbul dan mempengaruhi politik dunia. Misalnya saat setelah merdeka tahun 1948, tepatnya dua tahun sesudahnya yaitu tahun 1950 Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Il-Sung yang telah mendapatkan bantuan militer dari Uni Soviet segera melakukan penyerangan terhadap wilayah Korea Selatan. Akibatnya wilayah Korea Selatan hingga kota Seoul (ibukota Korea Selatan) dapat dikuasai Korea Utara. Saat itu Korea Selatan tidak memiliki persiapan militer yang memadai sehingga mereka terpaksa mundur dan meninggalkan ibukota. Hal ini memicu PBB untuk melakukan tindakan penyelamatan Korea Selatan.


Dengan bantuan PBB, Korea Selatan berhasil merebut Seoul dari tangan Korea Utara. Dan peperangan ini berlangsung selama tiga tahun, hingga kedua pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada bulan Juli 1953. Meskipun gencatan senjata tersebut telah dilakukan, hingga kini masalah kedua negara tersebut masih tersisa. Misalnya saja isu nuklir Korea Utara, yang tidak hanya mengkhawatirkan rakyat Korea Selatan saja namun rakyat dunia pada umumnya.


Pada perkembangannya, Korea Selatan yang liberal dan lebih terbuka mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada Korea Utara yang cenderung tertutup terhadap dunia luar. Korea Utara yang bisa dikatakan lebih miskin dari Korea Selatan tersebut pada tahun 1985 mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang murah. Kemudian Korea Utara merencanakan program nuklir.


Program tersebut menjadi sangat kontroversial hingga sekarang, banyak negara yang tidak setuju dengan program tersebut. Namun begitu, Korea Utara tetap melaksanakan program nuklirnya, termasuk pula hulu ledak nuklir. Kini Korea Utara memiliki banyak musuh yang harus dihadapi akibat program tersebut, misalnya saja Amerika yang telah mengecap Korea Utara sebagai axis of evil dan sekutu-sekutunya serta PBB.


Makalah yang singkat ini akan membahas tentang masalah yang dihadapi oleh Korea Utara pada sekitar tahun 2000 hingga sekarang, terkait dengan program nuklir tersebut dan tidak menutup kemungkinan membahas sedikit tentang latar belakang tentang tahun-tahun sebelumnya. Semoga bermanfaat.


Rumusan Masalah


Mengapa Korea Utara pada tanggal 25 Mei 2009 lalu tetap melakukan uji coba nuklir meskipun dikecam berbagai macam pihak termasuk PBB?

Bagaimanakah kondisi hubungan bilateral antara Korea Utara dan Korea Selatan pada saat ini terkait percobaan nuklir Korea Utara?










BAB II


PEMBAHASAN


Senjata yang paling ditakuti dan momok bagi dunia saat ini adalah bom nuklir. Karena dengan satu bom saja mampu meratakan suatu daerah dengan jangkauan yang amat luas. Belum lagi dampak menahun yang diakibatkan radiasi Uranium(bahan dasar nuklir) yang mengakibatkan berbagai kecacatan dalam organ tubuh makhluk hidup.


Jepang langsung menyerah terhadap Amerika Serikat karena dua kotanya yaitu Hiroshima dan Nagasaki dibom jenis ini berturut-turut pada Agustus 1945. Padahal saat itu kekuatan militer Jepang merupakan suatu momok bagi musuh-musuhnya. Namun setelah kekalahan Jepang tersebut, serta mengetahui dampak yang diakibatkan oleh nuklir, belum ada lagi yang meledakkan nuklir untuk kepentingan perang. Mengingat dampaknya yang luar biasa.


Namun begitu, Amerika Serikat masih memiliki banyak hulu ledak nuklir. Amerika merupakan negara pertama pemakai senjata jenis ini, serta negara yang paling banyak memiliki hulu ledak nuklir di dunia. Pada tahun 1991 saja Presiden Amerika George Bush menarik semua persenjataan nuklirnya di luar negeri, baik yang berbasis darat maupun laut termasuk yang ditempatkan di Korea Selatan yang berjumlah sekitar 100 buah. Meskipun Amerika memiliki banyak senjata nuklir, Amerika tak menginginkan negara-negara lain dalam pengertian “musuh-musuhnya” mengembangkan senjata tersebut, termasuk Korea Utara dan Iran.



Nuklir Korea


Kembali pada sejarah perang Korea, pada saat itu Korea Utara hampir melahap seluruh wilayah Korea Selatan. Namun upaya itu gagal karena pasukan gabungan PBB turut membantu Korea Selatan untuk merebut kembali wilayahnya dari rezim komunis. Pasukan gabungan ini sebagian besar terdiri dari pasukan Amerika Serikat yang dipimpin oleh MacArthur. Perang Korea ini menewaskan sedikitnya 34000 nyawa pasukan Amerika Serikat.


Dari hal tersebut, Amerika Serikat merasa memiliki tanggung jawab untuk melindungi Korea Selatan dari ancaman militer yang ada. Kemudian Amerika menempatkan beberapa persenjataan nuklirnya di Korea Selatan untuk menjaga daerah tersebut dari ancaman-ancaman militer. Dari sinilah era nuklir Korea dimulai. Melihat Korea Selatan dipayungi nuklir oleh Amerika, Korea Utara mulai mengembangkan Nuklirnya. Namun karena pada saat itu dunia internasional gencar menolak aksi pengayaan nuklir, Korea Utara pada tahun 1985 bersedia ikut serta dalam NPT atau nuclear Nonproliferation Treaty, yaitu trakta yang bertujuan untuk tidak akan memproses atau memperkaya nuklir di negaranya dengan catatan Amerika menarik seluruh persenjataan nuklirnya dari Korea Selatan.


Amerika Serikat pada tahun 1991 menarik senjata nuklirnya dari Korea Selatan, dan pada 31 Desember tahun yang sama kedua Korea sepakat menandatangani South-North Joint Declaration on the Denuclearization of the Korean Peninsula. Yaitu perjanjian dengan tujuan kedua negara tidak akan melakukan uji coba, memproduksi, menerima, memiliki, menyebarkan, atau menggunakan senjata nuklir serta memiliki alat untuk memproses dan memperkaya Uranium. Di samping itu, kedua negara juga sepakat mengijinkan inspeksi terhadap fasilitas-fasilitas nuklir di negaranya.


Meskipun telah menandatangani perjanjian tersebut, pada September 1992 inspektur International Atomic Energy Agency (IAEA) menemukan suatu laporan Korea Utara yang keliru mengenai program nuklirnya. Kemudian mereka meminta pihak Korea Utara mengklarifikasi isu tersebut, termasuk jumlah plutonium. Mereka juga meminta mengadakan penyelidikan khusus terhadap tempat penyimpanan sampah nuklir. Namun pihak Utara menolaknya. Dan pada Maret 1993, Korea Utara mundur dari NPT.


Hingga saat ini upaya pelucutan nuklir Korea Utara gencar dilakukan, namun tak satupun jalan ditemui. Meskipun Korea Utara telah menandatangani NPT dan South-North Joint Declaration on the Denuclearization of the Korean Peninsula, namun tetap saja terdapat aktivitas pengayaan Uranium di negara tersebut. Pada Januari 1994, Direktur Central Intelligence Agency (CIA) memperkirakan Korea Utara telah memiliki sedikitnya satu atau dua senjata nuklir.


Dan puncaknya di tahun 2006 Korea Utara melakukan uji coba bom nuklirnya yang pertama, dan pada 25 Mei 2009 yang kedua. Percobaan kedua menurut Russia kekuatannya sama dengan bom Amerika yang jatuh di Nagasaki pada tahun 1945.


Para analis mengatakan, uji coba nuklir ini sengaja dilakukan agar Pyongyang bisa meningkatkan kekuatannya dalam setiap perundingannya dengan Washington” (Sudarto, www.theglobalreview.com). Tak bisa dipungkiri memang Korea Utara adalah negara yang miskin. Bencana kelaparan pernah terjadi di negara tersebut. Pada http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/08/080826_koreannooddle.shtml mengatakan bahwa “Bulan lalu PBB memperingatkan, warga negara itu mengalami kelangkaan pangan paling buruk dalam satu dekade”, ditulis pada Agustus 2008. Hal ini membuktikan bahwa kemiskinan memang sangat tinggi jumlahnya pada negara tersebut, memenuhi kebutuhan pokok saja tidak mampu.


Selama ini Korea Utara hidup dengan mengandalkan bantuan dari negara lain. Berkebalikan dengan kekuatan militernya yang amat besar, kekuatan ekonomi untuk memberi makan rakyatnya sangatlah kecil. Maka dari itu Korea Utara mengandalkan bantuan dan bantuan dari negara lain, termasuk dari Korea Selatan dan Amerika.


Korea sejak Perang Korea 1950-1953 meskipun telah melakukan gencatan senjata, namun status “Perang Korea” hingga kini belum berakhir. Meskipun begitu, terdapat catatan-catatan baik mengenai hubungan kedua negara sejak tahun 1990. Misalnya saja diadakannya Kebijakan Sinar Matahari, yaitu kebijakan yang dirintis oleh mantan presiden Korea Selatan Kim Dae Jung. Kebijakan ini berintikan “Kebijakan terhadap Korea Utara tidak boleh berlandaskan pada pertentangan, tetapi melalui bantuan kemanusiaan agar dapat membimbing Korea Utara membuka pintunya.” Sejak saat itu, bantuan demi bantuan mengalir dari selatan ke utara. Kebijakan ini berlanjut hingga presiden Korea Selatan selanjutnya, Roh Moo-hyun.


Pada pemilihan presiden Korea Selatan selanjutnya yaitu pada tahun 2008, terpilihlah Lee Myung-bak. Dia merupakan orang yang lebih keras terhadap Korea Utara dibandingkan Roh Moo-hyun. Dia mendukung segala kebijakan yang bertujuan untuk menghadapi Korea Utara.


Puncak ketegangan dari hubungan antar dua Korea ini adalah dibatalkannya semua kesepakatan militer dan politik oleh Korea Utara dengan alasan Korea Selatan berniat Jahat. “Semua butir yang disepakati yang menyangkut masalah diakhirinya konfrontasi politik dan militer antara Utara dan Selatan akan dibatalkan,” kata Komite Reunifikasi Damai Korea…(http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/01/090130_nkorea.shtml, diakses 2 Juni 2009). Dengan demikian, ketegangan di Semenanjung Korea semakin memanas.


Meskipun Korea Utara mengalami kemiskinan, namun mereka tetap memperkuat kekuatan militernya. Nuklir, 800 rudal balistik, jumlah tentara terbesar dunia serta satelit digunakan untuk memperkuat harga negoisasi.


Hal tersebut disebabkan oleh tekanan-tekanan yang dihadapi Korea Utara dalam perjalanannya. Berawal dari kemiskinan dan kelaparan yang melanda, pemerintahan otoriter Korea Utara memperkuat segi militer untuk bertahan. Meskipun kecil, tuntutan negara ini cukup ditakuti Amerika Serikat dan Sekutunya. Negara kecil tersebut pernah menuntut bahan pangan serta bahan bakar dengan janji melucuti senjata nuklirnya. Namun kesepakatan demi kesepakatan mengalami jalan buntu dan sangat sulit untuk dipecahkan karena tidak memiliki rasa saling percaya. Pihak Korea Utara menginginkan pelucutan nuklir diawali dari Amerika Serikat selaku pemilik senjata nuklir terbesar dunia. Namun begitu, Amerika tak bisa setuju dengan tuntutan tersebut. Kedua negara tersebut seperti mengalami dilematika dalam bernegosiasi. Tidak ada yang sedikit bersikap lunak, karena kepercayaan antar dua negara susah didapatkan. Pada akhirnya masalah ini pun susah terselesaikan.


Menurut Agus Sriyono, seorang pemerhati masalah nasional, ada dua alasan mengapa Korea Utara getol mengembangkan program nuklirnya. Pertama, pembekuan program nuklir yang bersumber pada plutonium tahun 1994 tidak membuahkan hasil timbal-balik yang diharapkan. Pyongyang menuduh AS mengingkari Agreed Framework 1994 yang disepakati dengan menunda pengapalan 500.000 ton minyak ke Korea Utara. AS berdalih, penundaan dilakukan karena Korea Utara terus menjalankan program HEU.


Kedua, Korea Utara berambisi menjadi negara nuklir. Dengan memiliki senjata nuklir negara ini menyandang prestise, mampu survive dan punya sarana blackmail. Tuduhan “axis of evil” makin meyakinkan Korea Utara perlunya kemampuan bela diri. Pyongyang berpendapat, kepemilikan senjata nuklir merupakan hak negara berdaulat “untuk mempertahankan kebebasan bangsa, keamanan negara dan mencegah perang.” (Agus Sriyono, http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0305/12/opini/300231.htm).


Aktivitas lain dari Korea Utara adalah percobaan-percobaan rudal jarak jauhnya. Pada 5 April 2009 Korea Utara melakukan uji coba rudal jarak jauh yang mampu mencapai Alaska. Hal ini mendapat reaksi dan kecaman keras dari PBB. Sehingga Korea Utara semakin tertekan dalam dunia internasional. Pada akhirnya Korea Utara pada tanggal 29 April 2009 mengancam akan menggunakan nuklirnya jika PBB tidak meminta maaf atas kecamannya.


Namun begitu belum ada tanda niat baik dari PBB, tidak ada permintaan maaf dari PBB. Sehingga pada akhirnya terjadilah uji coba nuklir di bawah tanah pada 25 Mei 2009 lalu diikuti dengan peluncuran dua rudal jarak jauh Korea Utara.















BAB III


KESIMPULAN


Berawal dari kondisi ekonomi yang sangat lemah, Korea Utara berusaha untuk mempertahankan rezimnya dengan cara memperkuat kekuatan militernya. Didukung dengan militer yang sangat kuat, rudal balistik dengan jumlah cukup besar, serta jangkauan yang sangat jauh, Korea Utara menjadi salah satu negara yang sangat ditakuti dan suka menuntut negara lain termasuk Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk mengirimkan bantuan-bantuan kemanusiaan. Apalagi ditambah dengan program nuklirnya, posisi Korea Utara sangat ditakuti.


Setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal jarak jauh pada tanggal 5 April 2009, PBB dan negara-negara lain seperti Amerika, Jepang, Korea Selatan geram dan mengecam keras Korea Utara atas tindakannya. Pihak Korea Utara sendiri berdalih peluncuran itu merupakan peluncuran satelit untuk komunikasi, namun pihak intelejen Amerika tidak menemukan satelit yang mengorbit pada saat itu.


Atas kecaman keras PBB tersebut, Korea Utara bereaksi keras pula dan menuntut PBB untuk meminta maaf atau pihak Korea Utara mengancam akan melakukan uji coba Nuklir kedua. Karena PBB tidak meminta maaf, terjadi uji coba nuklir Korea Utara pada 25 Mei 2009 di bawah tanah serta diikuti peluncuran dua roket jarak jauh.


Hubungan antara kedua negara Korea kini mengalami keadaan yang gawat. Meskipun pernah mengalami hubungan baik pada sekitar tahun 1990 hingga 2008, namun setelah pergantian presiden Korea Selatan yaitu Lee Myung-bak yang memiliki sikap lebih keras terhadap Korea Utara, situasi di Semenanjung Korea menjadi memanas. Korea Utara pada Januari 2009 membatalkan segala bentuk kesepakatan politik dan militer, karena menganggap Korea Selatan berniat jahat.


Jadi, agar negara kecil dan miskin dihargai atau disegani oleh negara-negara lain, negara tersebut harus memiliki prestige tersendiri. Dalam hal ini Korea Utara menitik beratkan pada militer dan nuklir yang merupakan senjata paling ditakuti untuk mengangkat martabatnya di mata dunia. Dan agar dua negara atau banyak negara pada umumnya tetap damai dan berhasil melakukan negosiasi dengan baik, diperlukan mutual trust atau kepercayaan diantara negara-negara tersebut.





































DAFTAR PUSTAKA


Chronology of U.S.-North Korean Nuclear and Missile Diplomacy”. http://www.armscontrol.org/factsheets/dprkchron.


Kebijakan Korea Yang Tercerahkan”. http://kontaktuhan.org/news/news177/eLetter/gv_28.htm.

KOMPAS.com. “KOREA UTARA 800 Rudal Balistik untuk Secuil Perhatian Dunia”. Senin, 6 April 2009. http://internasional.kompas.com/feature. .


KOMPAS.com. “Korut Makin Intensif dengan Nuklir”. Kamis, 7 Mei 2009. http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/05/07/11215869/korut.makin.intensif.dengan.nuklir.

KOMPAS.com. “Korut Ancam Pakai Nuklir”. Rabu, 29 April 2009. http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/04/29/19494165/korut.ancam.pakai.nuklir.


KOMPAS.com. “Korea Utara Lancarkan Uji Coba Nuklir Kedua”. Senin, 25 Mei 2009. http://internasional.kompas.com/.

KOMPAS.com. “Korut Luncurkan Roket”. Minggu, 5 April 2009. http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/04/05/10211139/korut.luncurkan.roket.

1 komentar:

  1. Riz, lu bkin kotak2 yang "beranda" sama "kenangan perpisahan" itu gimana caranya?

    BalasHapus

Pojok Komentar !!! :D