Sabtu, 26 November 2011


Nama : Rizki Baiquni P

NPM : 1106061365

Kelas : Pengantar Ilmu Filsafat


MENGGUGAT PEMIKIRAN PARA FILSUF


Sejarah telah memberitahukan kepada kita bahwa dalam perjalanannya Filsafat lahir dalam rahim Negara polis yang bernama Yunani pada abad ke-6SM, yang dimulai dari seorang Filsuf dari Miletos yaitu Thales, dialah orang yang pertama kali diberikan “gelar” Filsuf oleh Aristoteles. Dikisahkan pula bahwa Thales menganggap bahwa asas atau prinsip dasar dari Dunia ini adalah air. Dia jugalah orang yang pertama kali memikirkan asal mula terjadinya alam semesta secara Rasional tanpa menyangkutpautkannya dengan mios-mitos yang berkembang di Yunani pada masa itu. Sebelum Thales, pemikiran-pemikiran Yunani dikuasai oleh cara berpikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatunya. Begitupun Filsuf-filsuf sesudah Thales, seperti anaximandros, parmenides, empedokles, Socrates, Aristoteles dan lain-lain. Mereka semua juga berusaha menjelasakan hakekat segala sesuatunya dengan pertimbangan yang rasional tanpa tunduk akan mitologi yang ada pada saat itu.

Sedangkan, di dunia Islam sendiri yang pada tawal abad pertengahan hijiriah mulai berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Yunani, maka di dunia islampun timbul pemikiran-pemikiran rasional dikalangan ulama Islam. Akan tetapi perbedaan antara pemikiran rasional Yunani dengan pemikiran rasional Islam itu terdapat perbedaan. Yakni, di Yunani tidak terdapat agama samawi, maka pemikiran mereka lebih bebas tanpa terikat oleh ajaran-ajaran agama. Sementara di dunia Islam pemikiran rasional ulama terikat pada ajaran-ajaran agama sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran dan hadist. Uama-ulama pada zaman islam klasik ini terus mengembangkan pemikiran-pemikirannya sehingga sains dan filsafat mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali.

Di zaman Islam Klasik ini, Eropa sedang berada pada zaman pertengahan (abad kegelapan) yang terbelakang, yang kemudian orang-orang dari eropa berdatangan ke dunia Islam untuk mempelaari filsafat dan sains yang berkembang pesat pada saat itu. Melalui mereka pemikiran-pemikiran dari dunia Islam tersebut dibawa ke Eropa . Akan tetapi mereka mendapat tantangan dari gereja sehingga pemikir-pemikir di Eropa mulai melepaskan diri dari kungkungan Gereja dan timbulah suatu paham yang disebut Sekularisme. Pada saat itulah pemikiran-pemikiran di Eropa mulai berkembang. Berbagai macam pemikiran-pemikiran dan pandangan baru mengenai konsep manusia, alam semesta dan tuhan selalu berbeda dan menurut masanya masing-masing.

Sebagai contoh, Para pemikir pada pertengahan abad ke-19 cenderumg Pesimistik, salah seorang tokohnya yang terkenal adalah Schopenhauer. Hal ini karena mereka hidup dalam dalam situasi yang serba kacau, dimana Eropa sedang didera peperangan yang dahsyat, sehingga menurut Schopenhauer, dunia kita merupakan dunia terburuk diantara dunia yang seharusnya.

Atau pemikiran marx tentang ajaran Komunisme yang sebenarnya tidak lain adalah bentuk Protes marx akan sistem kapitalisme yang sedang berkembang pada abad ke-19 di jerman. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya dinikmati oleh kaum kapitalis. Maka dengan itulah dia mendirikan suatu Ideologi yang dinamakan Marxisme.

Menurut Saya perbedaan pemikiran dari para tokoh-tokoh Filsuf baik antara filsuf islam dengan filsuf barat atau perbedaan pandangan antara sesama filsuf barat disebabkan karena pemikiran seorang Filsuf itu adalah pemikiran yang lahir dalam konteks ruang dan waktu. Pemikiran seorang Filsuf turut dipengaruhi oleh Situasi Sosial yang ia hadapi pada masanya. Sehingga pemikiran para Filsuf memiliki kekurangan dan kelemahan karena ada batasan dari situasi yang dihadapinya.

Walaupun pada dasarnya Filsafat selalu mencari-cari kebenaran dan selalu berusaha memberikan keterangan-keterangan tentang dunia yang ada didalamnya yang bisa diteeima secara Universal. Akan tetapi pada kenyataanya apa yang telah diberikan filsuf-filsuf terdahulu tidak bisa Fleksibel terhadap setiap Zaman yang ada. Oleh sebab itulah saya berpendapat bahwa sebaiknya kita dalam menilai seorang filsuf itu harus didasari rasa kritis yang tinggi. Jangan terlalu menelan mentah-mentah apa yang telah dikatakannya. Karena dalam pemikiran seorang Filsuf pasti selalu ada latar belakang kehidupan sosial pada masanya yang mempengaruhi setiap poin-poin pemikirannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pojok Komentar !!! :D